07 November 2009

Cara Buang Kulit Jeruk Pada Manifold

Selesai kupas kem, materi Kohar alias korek harian lanjut ke yang lain. Kali ini menyoal lubang transfer dan buang di kepala silinder.
Sebab kalau modif balap biasanya lubang porting digedein. Tujuannya agar aliran gas bakar makin lancar.

Nah, untuk Kohar tak perlu seperti itu. “Nggak sampai bikin lubang tambah gede. Cukup diampelas sampai bagian yang tadinya mirip kulit jeruk jadi halus,”

 Caranya sederhana dan bisa dilakukan manual. Sediakan ampelas dua lembar. Satu ukuran 220 (agak kasar), satu lagi ukuran 400 ( halus).

Mulai dengan gesek secara merata di seluruh permukaan dari lubang transfer dan buang menggunakan ampelas kasar.
Penggunaan ampelas kasar cukup sampai kulit jeruk hilang. Dilanjut dengan amplas halus untuk meratakan.
Lakukan, sampai permukaan yang diampelas benar-benar rata dan rapi. Kalau diraba akan terasa licin. Terasa beda dengan sebelum diampelas.

Kelar pengampelasan, head boleh langsung dicuci menggunakan bensin.
“Tujuannya, mengusir semua bekas ampelasan. Soalnya kalau tersisa bahaya. Bisa masuk ke mesin,”

Buat yakinin kotoran lari semua, bisa gunakan bantuan angin kompresor. “Lakukan sampai kering dan bersih. Baru dipasang kembali,”

Gampang, Kan?

Trik Pangkas Kem

Praktek pangkas kem, tidak semudah itungan teorinya. Salah sedikit aja, pangkasan akan gagal.
Dampaknya, kem tidak bisa dimanfaatkan lagi. Sayang, kan?

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebelum melakukan pangkasan. Paling utama, psikologis mekanik dalam kondisi bagus.
“Karena butuh ketelitian, konsentrasi tinggi dan ketenangan,” jelas Andika Bintang Budaya, alias Gandhoz, instruktur teknik Hartomo Mechanical Training Center (HMTC), Jakarta.

Jangan lupa mengetahui diameter lingkar kem bawah, yang akan dipangkas.
“Itu bekal untuk melihat apakah pangkasan sudah sama antara sisi kanan dan kiri. Kan tinggal diukur dari titik tengah. Kalau panjang sebelah, berarti nggak sama,”
tambah Adriansyah

sarannya mulailah gerinda dari titik buka menuju titik tutup yang sudah ditentukan. Soal menentukan titik buka dan tutup sudah dijelaskan di "CARA MUDAH PANGKAS KEM"

Jelas cara gerinda juga nggak boleh sembarang. Harus konstan dan bolak-balik. Pegang bagian ujung kem pakai dua tangan dan jangan sampai goyang.
“Sabar, sedikit-demi sedikit. Jangan langsung dalam. Kalau memakai gerinda biasa, tekanan tangan harus konstan dan tidak boleh berubah.
Biar ketebalannya juga sama,” ingat Gandhoz lagi.

Makanya disarankan untuk memakai alat khusus yang sudah ada pegangannya. Sehingga tidak hanya mengandalkan perasaan tangan mekanik.
“Kalau alat khusus lebih gampang,” tambah Gandhoz.

Soal alat khusus, salah satu contohnya punya Adriansyah. Itu sudah ditulis Em-Plus di edisi 321 halaman 8.
Alat itu memudahkan, apalagi buat pemula. Karena, tidak perlu repot pegangkem secara stabil pake tangan.

Kalau manfaatkan gerinda tangan biasa, ada teknik mudah. sebelumnya dibawa dulu ke tukang bubut.
Minta pangkasin bagian samping kanan-kiri dari lingkaran bawah kem.
“Cukup 0,5 mm. Nggak usah terlalu banyak. Sebagai pegangan. Bubutan bentuk disesuaikan dengan lingkaran bawah kem,”

Baru dilanjut pangkasan gerinda sendiri. Bubutan di sisi kanan dan kiri jadi acuan. Bagian pantat bawah, tinggal dipapas dengan ketebalan yang disamakan.
Agar profil kem nggak berubah,

Agar aman, enaknya gerinda ada dua macam. Satunya dilapisi ampelas agak kasar. Sementara satunya dilapisi ampelas kain yang halus untuk finishing.
“Biar lebih bagus, batu gerinda diganti aluminium. Akan lebih halus dan rata permukaanya. Baru di sisi yang buat gerinda ditempelin amplas halus,”

Cara Mudah Pangkas Kem

Nah, kali ini cara super praktis yang jauh lebih simpel.
Bisa dimulai dengan langsung memangkas kem secara rata guna mengubah tinggi angkatan klep (lift).

Soal cara dan hal yang perlu diperhatikan dalam pangkas kem, bisa disimak. “Bedanya, karena cara ini tidak perlu itung-itungan,
pangkasnya sedikit demi sedikit dulu dan harus rata benar. Bisa mulai dari 0,3 mm, lalu cek dulu,” jelas Adriansyah,

Cara ngeceknya, bisa amati dari perubahan posisi buka dan tutup klep yang dirasakan dari gigi sproket keteng.
Pasti titik buka dan tutup klep jadi berubah maju mendekati garis TMA (Titik Mati Atas),

Bentar-bentar. Tau enggak gimana posisi buka dan tutup klep dilihat dari gigi sproket kem atau biasa disebut gigi sentris.
Begini, puter gigi sentris searah jarum. Sampai terasa glek kayak berhenti, itu artinya posisi buka. Bisa dilihat juga pada posisi rocker-arm yang terlihat menekan.

Diterusin lagi muter, nanti akan terasa glek lagi. Itu artinya klep nutup. Bisa dilihat posisi rocker-arm narik balik alias mulai bebas.

Menurut Adri, panggilan akrab Adriansyah. Kalau posisi buka jadi maju 2 mata dan yang nutup maju antara 1 sampai 1,5 mata, ke arah garis TMA,
berarti pangkasan bisa dirasa cukup (gbr. 1). “Kalau dicek masih kurang, bisa pangkas lagi.
Biasanya sih, pangkasan antara 0,3 mm sampai 0,5 mm,”

Kenapa gitu? “Kalau nambahnya lebih dari 2 mata, takutnya lift terlalu tinggi. Buat harian tak perlu,”

Alasan kenapa harus ada selisih minimal 0,5 sampai 1 mata antara klep buka dan tutupnya, karena kalau berada pada angka yang sama, klep nutup terlalu cepat.
“Makanya minimal selisih 0,5 sampai 1 mata,”

Soal olahan gigi sentris, Adri juga punya cara simpel lain untuk kohar. “Tanpa pangkas kem, cukup ubah lubang baut gigi sentris,” ujarnya.

Caranya begini. Lubang baut dikikir kira-kira 0,3 mm-0,5 mm. Lubang satu ke arah bawah, satunya lagi ke arah atas. “Posisi geseran juga antara 2 mata saat klep buka dan 1,5 mata saat klep nutup,”

Ubahan itu akan jitu dongkrak putaran bawah. “Tenaga atas tetap. Beda dengan ubahan lift kem yang bikin tenaga atas ikut bagus. Tapi untuk harian, cukup,”

Tapi, kalau mau cara ini, enggak bisa dipaduin dengan ubahan kem. “Malah enggak pas, karena perubahan memang enggak sesuai. Salah satu aja. Terapin yang paling gampang buat korek harian,”

01 November 2009

Batasan Kem Harian

Korek harian (kohar), sah-sah saja korek kem. Bisa dipangkas atau diganti dengan kem modif. Tapi tentu tidak ekstrem seperti halnya di balap. 
Kohar perlu dipikirkan ketahanan untuk harian. Lagian, komponen pendukung lain masih standar,

Olah kem, langkah pertama tentukan dulu tinggi angkatan klep (lift). Tak perlu tinggi-tinggi. Makin tinggi lift, per-klep makin tertekan. Dipake harian riskan boros per-klep, 

 Untuk patokan, Darojat kasih rumus. Tinggi lift cukup 30% x diameter payung klep in. Misal untuk Shogun 110, lift maksimal 30% x 25 mm = 7,5 mm.

Cara pangkasnya, setengah badan kem, yaitu pada bagian yang bawah atau yang gemuk, dikikis rata seluruh bagian. Misal 0,8 mm, maka pangkasan harus rata seluruhnya. Awas, jangan sekali-kali ubah bagian pucuk kepalanya.
Karena akan mengubah lube center (lb), 

Lho, apa itu lube center (LB)? Coba dibuka di situs Accelerated Motion Performance Product. Definisi LC adalah derajat dari titik mati atas menuju puncak bumbungan kem.
 

Lanjut ke pangkasan cari lift. Darojat kasih ilustrasi pangkas 0,8 mm pada kem Shogun 110. Hasilnya, lift jadi 6,6 mm. 
Tinggal hitung persamannya kalau mau pangkas lebih,

Lanjut ke durasi yang tidak butuh terlalu lama. Itu justru tidak efisien. Lagi-lagi, faktornya karena komponen lain tidak banyak berubah. 
“Cukup 300 derajat,”  

Untuk nentuin bukaan klep in, pakai rumus patokan durasi dibagi 2 dikurangi lube center (LC). Misal Yamaha Vega dengan LC = 102, ingin dicari dengan bukaan 300 derajat.
 Maka bukaan klep masuk adalah (300/2)-102 = 48 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). Klep masuk menutup dicari dengan rumus durasi-180-bukaan in, atau 300-180-48. 
Ketemu angka 72 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah). 

Untuk klep buang, tinggal dibalik. Buka 72 derajat sebelum TMB dan menutup 48 setelah TMA. Cara pangkasnya, kikis pinggang bagian atas ke arah kepala kem . 
Cukup disesuaikan. Dipangkas sedikit bertahap, lalu di cek sampai ketemu durasi yang diinginkan,\ Tapi harus tahu dulu posisi top atau TMA di kem.

Ingat, pangkasan juga harus rata dan sesuai profil kem. Kalau enggak sesuai dampak akan terasa. Pembakaran tidak sempurna. Mesin enggak njerit.
 Kerak juga banyak di ruang bakar,

Kemudian, untuk deteksi fungsi per klep, bisa dilakukan dengan menggerakan gigi sentrik .
 Rasakan saat diputer. Kalau dirasa ada hambatan, berarti per enggak main. Perlu diganti. Paham?

Patokan Kompresi Harian

Patokan kompresi korek harian alias kohar 4-tak, sudah pasti enggak bisa jor-joran. Alasan paling mendasar, soal bahan bakar yang digunakan. 
Motor kohar nggak mungkin pakai bensol. “Kalau nggak Premium, ya Pertamax. Oktan nggak terlalu tinggi. 
Kompresi tinggi dampaknya detonasi dan nggelitik,” jelas Ibnu Sambodo, begawan korek 4-tak Manual Tech.

Pakdhe, panggilan akrab Ibnu Sambodo, kasih ancer-ancer. Patokan kompresi jangan lebih dari 11 : 1. 
“Pangkasan total maksimal kira-kira 1 mm saja,” tambah mekanik Suzuki Hendriansyah Pennzoil itu.

Cara pangkas bisa berbagai macam. “Bisa pangkas blok antara 0,3 sampai 0,5 mm. “Demikian juga kepala silinder. Jangan lebih dari itu,” tambah Andika Bintang Budaya alias Gandhoz pengajar di sekolah mekanik HMTC.

Atau, bisa saja dengan mengurangi tebal paking blok dan head.
 Misal dari 0,6 mm diganti 0,3 mm. Lumayan bisa mendekin 0,3 mm. Baru kekurangannya ditambah lewat pangkasan. 

Kalaupun mau pangkas, mending pilih salah satu saja. Mau blok atau kepala silinder. 
“Jadi kalau mau distandarin lagi, tidak perlu ganti dua-duanya. Kan, yang satu bagian masih orisinal. Kalau blok yang dipangkas, cukup ganjal blok bawah dengan paking aluminium. Bisa standar lagi,” kata Pakdhe kasih tips. Bener juga, tuh.

Mengikuti ubahan itu, piston juga wajib kena pangkas. Agar posisinya sesuai perubahan blok dan head-nya. 
“Kan bentuk dan panjang ruang bakar sudah berubah. Kalau nggak diubah, piston akan nongol. Makanya, harus disesuaikan juga bentuknya,” tambah Pakdhe.

Pengikut